Hasil Tes Covid-19 Tersebar, Yanti : Saya dan Keluarga Dikucilkan Padahal Negatif
Berita Kuningan - Tak terima karena merasa "dicovidkan", Yanti (45) warga RT/RW 011/003 Dusun 3, Desa Bendungan, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Kuningan, melakukan swab PCR mandiri guna membuktikan bahwa dirinya negatif.
Hal tersebut dilakukan karena dirinya dan keluarga harus menanggung beban pisikis karena dikucilkan oleh tetangga setelah informasi hasil swab beredar di masyarakat sebelum diterima langsung oleh yang bersangkutan.
Awalnya, pada tanggal 2 April 2021 lalu, ia dan keluarganya harus mengikuti Swab masal dikarenakan sebelumnya ada salah seorang tetangganya yang meninggal setelah terpeleset di kamar mandi dan dinyatakan positif Covid-19.
Setelah hasil keluar, ia justru mendapat informasi dari warga bahwa dirinya positif Covid-19. Yanti merasa heran karena dirinya sendiri belum mendapatkan informasi tersebut. Setelah mencari tahu, ternyata hasil pemeriksaan Swab PCR dirinya sudah tersebar di masyarakat melalui media sosial.
"Saya belum dapat surat dari hasil pemeriksaan, tapi tetangga-tetangga sudah pada tau," ungkap Yanti sedih.
Akibatnya, Karnadi, Suami Yanti menunturkan bahwa dirinya merasa tidak terima atas apa yang dialami istrinya. Selain nama baik istrinya dan keluarga tercemar, ia dan anaknya pun harus menanggung beban moril karena dikucilkan dan jadi bahan gunjingan tetangga.
Pada tanggal 7 April 2021, Karnadi mengajak istrinya untuk melakukan swab antigen di salah satu klinik, karena kasihan dengan kondisi mental istri dan anaknya. Ternyata hasilnya adalah negatif.
Namun menurut Karnadi, pihak Puskesmas menuturkan bahwa hasil dari swab antigen tidak akurat, karena Puskesmas menggunakan swab PCR yang lebih akurat.
Pada tanggal 15 April 2021, pihak Puskesmas kemabali melakukan swab terhadap Yanti, dan hasilnya lagi-lagi Positif. Karena masih tidak terima, selang beberapa hari Karnadi mengajak lagi istrinya untuk melakukan swab PCR di salah satu rumah sakit di Cirebon, dan hasilnya negatif.
"Saya masih ga terima, swab PCR biar bisa sanding PCR sama PCR, dari Puskesmas PCR saya dari Rumah Sakit juga PCR," ungkap Karnadi.
Karnadi merasa sangat kecewa, sampai-sampai dirinya menolak saat pihak pemerintah Desa memberikan Sembako sebagai bantuan. Ia hanya menuntut agar mengembalikan nama baik istri dan keluarganya.
"Kembalikan nama baik istri saya. Tetangga ngejauhin, kita dikucilkan. Anak saya nangis terus, sampai anak mau berangkat ke pondok pesantren juga enggak jadi," ujarnya bernada geram.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan yang diwakili dr Denny Mustafa menuturkan bahwa hal tersebut bukanlah kali pertama. Sebelumnya telah terjadi kasus-kasus serupa.
"Memang ada beberapa kasus yang membuat masyarakat merasa menjadi kesalahan yang fatal, yang merugikan mereka. Yang masyarakat saat ini menilai merasa 'dicovidkan'," ungkap Denny.
Menurutnya hal tersebut terjadi karena perbedaan hasil dari swab yang dilakukan oleh pemerintah dengan hasil swab mandiri yang dilakukan masyarakat oleh swasta.
"Perlu kita ketahui semua bahwa PCR ini adalah alat untuk mendeteksi virus yang diambil dari sampel, tidak semuanya akurat seratus persen, ada celah sedikit sekitar tiga sampai empat persen, bisa saja terjadi kesalahan apalagi yang melakukan ini manusia," lanjutnya.
Terkait masalah yang dialami Yanti, Denny menuturkan bahwa pihaknya akan mengkonfirmasi semua pihak yang ada di Desa Bendungan termasuk keluarga yang bersangkutan.
"Nanti akan ada pemeriksaan ulang untuk yang bersangkutan. Kalaupun nanti ada penolakan kita tarik benang merahnya, kita duduk bersama sehingga tidak ada yang dirugikan," ujarnya. (AR27/Red)
Tidak ada komentar